MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
“KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM
KESUSASTRAAN”
DI SUSUN OLEH:
NAMA : AFRIDA DAMAYANTI
NPM: 10114416
KELAS: 1KA02
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga pada akhirnya saya sebagai penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah dengan baik. Adapun judul penulisan makalah yang penulis
ambil adalah sebagai berikut :
“Konsep
Ilmu Budaya Dasar Dalam kesusastraan”
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas. Sebagai bahan
penulisan di ambil berdasarkan hasil penelitian berbagai artikel serta berita
yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dari
semua pihak, maka penulisan makalah ini tidak akan berjalan lancar.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pengertian
Kesusantraan
Secara morfologis kata kesusastraan, yang lebih sering hanya
disebut sastra, dapat diuraikan atas konfiks ke-an yang berarti ‘semua yang
berkaitan dengan prefiks su ‘baik, indah, berguna’ dan bentuk dasar
sastra yang berarti ‘kata, tulisan, ilmu’.Jadi, menurut uraian di atas
kesusastraan adalah semua yang berkaitan dengan tulisan yang indah.
Sedang menurut arti istilah, kesusastraan atau sastra ialah cabang seni yang
menggunakan bahasa sebagai medium.
Pengertian
Imu Budaya
Ilmu Budaya
dasar mengajarkan pembelajaran mengenai konsep-konsep kehidupan dan budaya
manusia , sedangkan kesusastraan adalah penguraian atas konflik yang digunakan
untuk mencapai suatu hasil yang dikatakan bahwa keindahan atau nilai estetis
suatu cipta sastra timbul karena adanya keserasian, kesepadanan, atau
keharmonisan antara isi.jadi intinya kesusastraan membuat pencerahan atas
konflik mengenai konsep konsep kehidupan dan budaya manusia dengan membawa
nilai estetis yang baik dan menimbulkan keserasian bersama.Namun Ilmu
Budaya Dasar (yang dahulu di sebut sebagai Basic Humanities) berasal dari
bahasa latin yang di sebut dengan “humanus”, yang memiliki arti manusiawi,
berbudaya, dan halus. Pada umumnya, humanities mencakup filsafat, teologi,
seni, dan cabang-cabangnya (sejarah, sastra, dll), maka dari itu humanities
menjadi ilmu kemanusiaan dan kebudayaan.
B.
Tujuan
Penulisan
1)
memahami dan mengerti tentang konsepsi
ilmu budaya dasar dalam kesusastraan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Ilmu
Budaya Dasar Yang Di Hubungkan Dengan Prosa
Istilah prosa biasanya
kita kenal dengan fiksi dan tidak jarang sering diartikan sebagai cerita
rekaan,prosa cerita dan juga sebagai cerita.
Di dalam kesusastraan bahasa
Indonesia kita. Ada dua macam prosa yaitu :
A.
Prosa lama :
1.
Dongeng
2.
Hikayat
3.
Sejarah
4.
Epos
5.
Cerita pelipur lara
B.
Prosa baru :
1. Cerita
pendek
2. Roman / novel
3. Biografi
4. Kisah
5. Otobiografi
2. Roman / novel
3. Biografi
4. Kisah
5. Otobiografi
2. Nilai
Yang Terkandung Dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni yang berpondasi
cerita, pasti dan harus dalam karya sastranya mengandung nilai-nilai moral,
pesan, dan berbagai cerita.
Adapun point-point yang dapat kita peroleh melalui membaca prosa, antara lain :
Adapun point-point yang dapat kita peroleh melalui membaca prosa, antara lain :
1.
Prosa fiksi memberikan rasa gembira atau senang
2.
Prosa fiksi memberikan suatu informasi didalamnya
3.
Prosa fiksi memberikan warisan budaya
4.
Prosa dapat memberikan suatu penyesuaian wawasan.
- Istilah prosa fiksi banyak padanannya. Kadang-kadang di
sebut : narrative fiction, fictional narrative, prose fiction atau hanya
fiction saja. Kata Latin fictionem dari kata fingere artinya menggambarkan
atau menunjukkan. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering
diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai “Bentuk
cerita atau prosa kisahan yang mempunyai peme-ran, lakuan, peristiwa, dan
alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi” (Saad &
Moeliono). Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel,
atau cerita pendek.
2.1 Nilai-nilai di dalam prosa fiksi
Yang
dimaksud dengan nilai di sini adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh
pembaca lewat sastra (prosa fiksi). Hendaknya disadari bahwa tidak semua
pembaca dapat mem-peroleh persepsi dan pengertian tersebut. Ini hanya dapat diperoleh
pembaca, apabila sastra menyentuh diririya. Nilai tersebut tidak akan
diperoleh secara otomatis dari membaca. Dan hanya pembaca yang berhasil
mendapat pengalaman sastra saja yang dapat merebut nilai-nilai dalam sastra.
A.
Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi
adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana jika mengalaminya sendiri
peristiwa atau keja-dian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imaginasinya
untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya, atau
yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal
tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan
hidupnya untuk mencapai suatu sukses. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
bahwa tempat atau tokoh dalam fiksi itu mirip dengan manusia manusia atau
tempat-tempat dalam kehidupan sehari-hari.
Kecuali kenikmatan literer, fiksi juga memberikan kesenangan
yang berupa stimulasi intelektual. Ini datang dari adanya ide-ide,
wawasan-wawasan, atau pemikiran-pemikitan yang baru, yang aneh, yang luar
biasa, bahkan juga yang mungkin sangat membahayakan jika diungkap-kan bukan
lewat sastra.
B.
Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di
dalam ensiklopedi. Jika kita memerlukan suatu fakta, maka kita dapat membuka
buku. Tetapi jika kita menginginkan wawasan yang berbeda dari apa yang ada di
dalam fakta, maka kita harus memilih sastra. Dari sastra mungkin kita akan
mendapatkan nilai-nilai dari sesuatu yang mungkin di luar perhatian kita. Dari
novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau
laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidup-an masa lalu, bahkan
juga kehidupan yang akan datang, atau kehidupan yang sama sekali asing. (Kita
ingat misalnya Robinson Crusoe (Defoe) atau Perjalanan ke Akhirat (Djamil
Suherman).
Fiksi juga memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam
daripada sekedar fakta yang hanya bersifat meng-gambarkan. Dari fiksi dapat
dipahami tentang kelemahan, ketakutan, keterasingan, atau hakekat manusia lebih
daripada apa yang disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, atau
anthropologi.
Fiksi bersifat mendramatisasikan, bukan hanya sekedar menerangkan
seperti misalnya buku teks psikologi. Mendramatisasikan, berarti mengubah
prinsip-prinsip abstrak menjadi suatu kehidupan atau lakuan/tindakan (action).
Kita jadi ingat misalnya pada Ziarah (Iwan Simatupang) yang merupakan
dramatisasi atau fisikalisasi dari ide keterasingan kehidupan manusia,
sebagaimana diperankan oleh profesor filsafat itu.
C.
Prosa fiksi memberikan warisan
kultural
Pelajaran sejarah dapat memberikan sebagian warisan kultural
kepada mahasiswa; demikian pula dengan pelajaran matematika, seni, dan musik.
Para mahasiswa yang mempelajari bahasa dan sastra akan memperoleh kontak dengan
: impian-impian, harapan-harapan, dan aspirasi-aspirasi, sebagai akar-akar dari
kebudayaan. Prosa fiksi dapat menstimulai imaginasi, dan merupakan sarana bagi
pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
Novel-novel yang terkenal seperti : Sitti Nurbaya, Salah
Asuhan, Layar Terkembang mengungkapkan impi-an-impian, harapan-harapan,
aspirasi-aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh
generasi kini. Bagi bangsa Indonesia novel-novel yang berlatar belakang
perjuangan revolusi seperti Jalan Tak Ada Ujung, Perburuhan, jelas merupakan
buku novel yang berarti, sementara kita menyadari bahwa revolusi itu sendiri
adalah suatu tindakan heroisme yang mengagumkan dan memberikan kebanggaan.
D.
Prosa fiksi memberikan keseimbangan
wawasan.
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan
berdasarkan pengalaman-pengalamannya dengan banyak individu. Fiksi juga
memungkinkan lebih banyak kesem-patan untuk memilih respon-respon emosional
atau rang-kaian aksi (action) yang mungkin sangat berbeda daripa-da apa yang
disajikan oleh kehidupan sendiri. Rangkaian aksi itu sendiri mungkin tidak
pernah ada dan tidak pernah terjadi di dalam kehidupan faktual.
Adanya semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam
fiksi inilah yang memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam
persepsi dan wawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia. Dari
banyak memperoleh pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan
wawasannya, terutama dalam menghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya yang
mungkin sangat berlainan dari pribadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki
status sosial tinggi, tetapi ternyata mendatangi perempuan simpanannya walaupun
dengan alasan-alasan psikologis, seperti dikisahkan novel Belenggu, adalah
contoh dari “the probable impossibility.” Tetapi justru dari sinilah pembaca
memperluas per-spektifnya tentang kehidupan manusia.
Kesanggupan sastra (fiksi) untuk menembus pikiran dan emosi
seperti itu dapat memberikan impaknya yang luar biasa. Beberapa novel
kadang-kadang menyajikan suatu wawasan atau pemikiran yang subtil, bahkan
sampai kepada yang “gila” (Ingat beberapa novelet Putu Wijaya).
Contoh prosa:
Monyet
dan Ayam
Pada
suatu zaman, ada seekor ayam yang bersahabat dengan seekor monyet. Si Yamyam
dan si Monmon namanya. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena
kelakuan si Monmon yang suka semena-mena dengan binatang lain. Hingga, pada suatu
petang si Monmon mengajak Yamyam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah
petang, si Monmon mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Yamyam dan mulai
mencabuti bulunya. Yamyam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. “Lepaskan aku,
mengapa kau ingin memakan sahabatmu?” teriak si Yamyam. Akhirnya Yamyam, dapat
meloloskan diri.
Ia
lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman
si Kepiting. si Kepiting merupakan teman Yamyam dari dulu dan selalu baik
padanya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang rumah si Kepiting.
Di sana ia disambut dengan gembira. Lalu Yamyam menceritakan semua
kejadian yang dialaminya, termasuk penghianatan si Monmon.
Mendengar
hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Monmon. Ia
berkata, “Mari kita beri pelajaran si Monmon yang tidak tahu arti persahabatan
itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Monmon. Mereka akhirnya
bersepakat akan mengundang si Monmon untuk pergi berlayar ke pulau seberang
yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah
perahu buatan sendiri dari tanah liat.
Kemudian
si Yamyam mengundang si Monmon untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan
rakusnya si Monmon segera menyetujui ajakan itu karena ia berpikir akan
mendapatkan banyak makanan dan buah-buahan di pulau seberang. Beberapa hari
berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai di tengah laut,
Yamyam dan kepiting berpantun. Si Yamyam berkokok “Aku lubangi ho!!!” si
Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”
Setiap
kali berkata begitu maka si Yamyam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu
mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke
dasar laut, sedangkan Si Yamyam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si
Monmon yang berteriak minta tolong karena tidak bisa berenang. Akhirnya ia pun
tenggelam bersama perahu tersebut.
(Disarikan
dari Abdurrauf Tarimana, dkk, “Landoke-ndoke te Manu: Kera dan Ayam,” Cerita
Rakyat Daerah Sulawesi Tenggara, Jakarta: Dept. P dan K, 1978, hal. 61-62)
3. Ilmu
Budaya Dasar Yang Menghubungkan Dengan Puisi
Puisi adalah sesuatu yang kita
kenal dengan rangkaian kata-kata indah yang penuh makna didalamnya,apalagi jika
kita benar-benar meresapi dalam membacanya.
Puisi termasuk dalam seni sastra, sedangkan sastra merupakan bagian dari kesenian, dan kesenian itu sendiri merupakan bagian dari kebudayaan.
Jika kita pikirkan puisi adalah suatu rangkaian kata-kata yang membentuk beberapa kalimat yang penuh dengan makna hidup, alam, bahkan keTuhanan yang di ekspresikan oleh sang penyair dalam bentuk tulisan maupun ekspresi dari puisi yang dibacakan.
Puisi termasuk dalam seni sastra, sedangkan sastra merupakan bagian dari kesenian, dan kesenian itu sendiri merupakan bagian dari kebudayaan.
Jika kita pikirkan puisi adalah suatu rangkaian kata-kata yang membentuk beberapa kalimat yang penuh dengan makna hidup, alam, bahkan keTuhanan yang di ekspresikan oleh sang penyair dalam bentuk tulisan maupun ekspresi dari puisi yang dibacakan.
Didalam Ilmu Budaya dasar kita menemukan
penyajiaan puisi, adapun yang mendasarinya, yaitu :
1.
Adanya hubungan didalam pembuataan puisi dengan
pengalaman hidup manusia
2.
Adanya suatu rasa insyaf atau sebuah kesadaran seseorang
dari suatu kejadian
3.
Puisi dan keinsyafan social
3.1 Hakekat Puisi
Dipandang dari segi bangunan bentuknya pada umumnya puisi
dianggap sebagai pemakaian atau penggunaan bahasa yang intensif; oleh karena
itu minimnya jumlah kosa kata yang digunakan dan padatnya struktur yang
dimanipulasikan,namun justru karena itu berpengaruh kita dalam menggerakkan
emosi pembaca karena gaya penuturan dan daya lukisnya. Bahasa puisi dikatakan
lebih padat lebih indah, lebih cemerlang dan hidup (compressed, picturesque,
vivid) daripada bahasa prosa atau percakapan sehari-hari.
Bahasa puisi mengandung penggunaan lambang-lambang metaforis
dan bentuk-bentuk intutive yang lain untuk mengekspresikan gagasan, perasaaan
dan emosi oleh karena puisi senantiasa menggapai secara eksklusif ke arah
imajinasi dan ranah (domain) bentuk-bentuk emotif dan artistiknya sendiri.
Kepadatan bahasa puisi itu sebenarnya sangat berkaitan.
Secara sinkron dan integratif dengan upaya sang penyair dalam memadatkan
sejumlah pikiran, pcrasaan dan emosi serta pe-ngalaman hidup yang
diungkapannya. Hal yang membedakan seorang penyair dari pengarang prosa adalah
karena kemampuannya dalam mengekspresikan hal-hal yang sangat besar dan luas
dalam bentuk yang ringkas dan padat.
Contoh puisi:
INGIN BERSAMAMU
Puisi Ressa Elia
Puisi Ressa Elia
Aku tak prnah ingin melupakan dirimu.
Apalagi benci.
Apalagi benci.
Sekian masa sekian cerita tlah kita lewati
Suka dan duka bersama.
Sungguh berat untk
kulupakan.
Sangat tak mungkin untk benci.
Karena kau sangat berkesan.
Karena kau sangat mendalam.
Sangat tak mungkin untk benci.
Karena kau sangat berkesan.
Karena kau sangat mendalam.
Percayalah kekasihku.
Hanya satu kau kasihku.
Dan hanya satu inginku.
Hidup bersama denganmu.
Hanya satu kau kasihku.
Dan hanya satu inginku.
Hidup bersama denganmu.
BAB III
PENUTUP
Saya menyimpulkan bahwa konsepsi ilmu budaya
dasar didalam kesusastraan memegang peranan penting karena seni ini adalah
cerminan dari nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam masyarakat sejak
lama, seni juaga membuat orang yang ingin mengutarakan pendapat atupun
gagasannya menjadi mudah untuk berkomunikasi secara normatif.
DAFTAR PUSTAKA
https://robertyusnanto.wordpress.com/2010/10/31/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan/
https://irwanzulkifli.wordpress.com/2013/03/21/ilmu-budaya-dasar-yang-dihubungkna-dengan-puisi/