Jumat, 13 Maret 2015

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR PERTEMUAN KE 3 (KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN)


MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
“KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN”








DI SUSUN OLEH:
NAMA : AFRIDA DAMAYANTI
NPM: 10114416
KELAS: 1KA02


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga pada akhirnya saya sebagai penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan baik. Adapun judul penulisan makalah yang penulis ambil adalah sebagai berikut :
“Konsep Ilmu Budaya Dasar Dalam kesusastraan”
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas. Sebagai bahan penulisan di ambil berdasarkan hasil penelitian berbagai artikel serta berita yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dari semua pihak, maka penulisan makalah ini tidak akan berjalan lancar.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.













BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Pengertian Kesusantraan
Secara morfologis kata kesusastraan, yang lebih sering hanya disebut sastra, dapat diuraikan atas konfiks ke-an yang berarti ‘semua yang berkaitan dengan  prefiks su ‘baik, indah, berguna’ dan bentuk dasar sastra yang berarti ‘kata, tulisan, ilmu’.Jadi, menurut uraian di atas kesusastraan adalah semua yang berkaitan dengan tulisan yang indah. Sedang menurut arti istilah, kesusastraan atau sastra ialah cabang seni yang menggunakan bahasa sebagai medium.
Pengertian Imu Budaya
         Ilmu Budaya dasar mengajarkan pembelajaran mengenai konsep-konsep kehidupan dan budaya manusia , sedangkan kesusastraan adalah penguraian atas konflik yang digunakan untuk mencapai suatu hasil yang dikatakan bahwa keindahan atau nilai estetis suatu cipta sastra timbul karena adanya keserasian, kesepadanan, atau keharmonisan antara isi.jadi intinya kesusastraan membuat pencerahan atas konflik mengenai konsep konsep kehidupan dan budaya manusia dengan membawa nilai estetis yang baik dan menimbulkan keserasian bersama.Namun  Ilmu Budaya Dasar (yang dahulu di sebut sebagai Basic Humanities) berasal dari bahasa latin yang di sebut dengan “humanus”, yang memiliki arti manusiawi, berbudaya, dan halus. Pada umumnya, humanities mencakup filsafat, teologi, seni, dan cabang-cabangnya (sejarah, sastra, dll), maka dari itu humanities menjadi ilmu kemanusiaan dan kebudayaan.

B.   Tujuan Penulisan
1)      memahami dan mengerti tentang konsepsi ilmu budaya dasar dalam kesusastraan










BAB II
PEMBAHASAN

1.       Ilmu Budaya Dasar Yang Di Hubungkan Dengan Prosa
Istilah prosa biasanya kita kenal dengan fiksi dan tidak jarang sering diartikan sebagai cerita rekaan,prosa cerita dan juga sebagai cerita.
Di dalam kesusastraan bahasa Indonesia kita. Ada dua macam prosa yaitu :
A.    Prosa lama :
1.      Dongeng
2.      Hikayat
3.      Sejarah
4.      Epos
5.      Cerita pelipur lara

B.     Prosa baru :
1.  Cerita pendek
2.  Roman / novel
3.  Biografi
4.  Kisah
5.  Otobiografi
2.       Nilai Yang Terkandung Dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni yang berpondasi cerita, pasti dan harus dalam karya sastranya mengandung nilai-nilai moral, pesan, dan berbagai cerita.
Adapun point-point yang dapat kita peroleh melalui membaca prosa, antara lain :
1.      Prosa fiksi memberikan rasa gembira atau senang
2.      Prosa fiksi memberikan suatu informasi didalamnya
3.      Prosa fiksi memberikan warisan budaya
4.      Prosa dapat memberikan suatu penyesuaian wawasan.
  1. Istilah prosa fiksi banyak padanannya. Kadang-kadang di sebut : narrative fiction, fictional narrative, prose fiction atau hanya fiction saja. Kata Latin fictionem dari kata fingere artinya menggambarkan atau menunjukkan. Dalam bahasa Indonesia istilah ta­di sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai “Bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai peme-ran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi” (Saad & Moeliono). Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.
2.1  Nilai-nilai di dalam prosa fiksi
            Yang dimaksud dengan nilai di sini adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca lewat sastra (prosa fiksi). Hendaknya disadari bahwa tidak semua pembaca dapat mem-peroleh persepsi dan pengertian tersebut. Ini hanya dapat di­peroleh pembaca, apabila sastra menyentuh diririya. Nilai ter­sebut tidak akan diperoleh secara otomatis dari membaca. Dan hanya pembaca yang berhasil mendapat pengalaman sastra saja yang dapat merebut nilai-nilai dalam sastra.
A.    Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari mem­baca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana jika mengalaminya sendiri peristiwa atau keja-dian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imaginasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya, atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat menge­nal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai suatu sukses. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa tempat atau tokoh dalam fiksi itu mirip dengan manusia manusia atau tempat-tempat dalam kehidupan sehari-hari.
Kecuali kenikmatan literer, fiksi juga memberikan kesenangan yang berupa stimulasi intelektual. Ini datang dari adanya ide-ide, wawasan-wawasan, atau pemikiran-pemikitan yang baru, yang aneh, yang luar biasa, bahkan juga yang mungkin sangat membahayakan jika diungkap-kan bukan lewat sastra.
B.     Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Jika kita memerlukan suatu fakta, maka kita dapat membuka buku. Tetapi jika kita menginginkan wawasan yang berbeda dari apa yang ada di dalam fakta, maka kita harus memilih sastra. Dari sas­tra mungkin kita akan mendapatkan nilai-nilai dari sesuatu yang mungkin di luar perhatian kita. Dari novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidup-an masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang, atau kehidupan yang sama sekali asing. (Kita ingat misalnya Robinson Crusoe (Defoe) atau Perja­lanan ke Akhirat (Djamil Suherman).
Fiksi juga memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam daripada sekedar fakta yang hanya bersifat meng-gambarkan. Dari fiksi dapat dipahami tentang kelemahan, ketakutan, keterasingan, atau hakekat manusia lebih dari­pada apa yang disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, atau anthropologi.
Fiksi bersifat mendramatisasikan, bukan hanya seke­dar menerangkan seperti misalnya buku teks psikologi. Mendramatisasikan, berarti mengubah prinsip-prinsip abstrak menjadi suatu kehidupan atau lakuan/tindakan (action). Kita jadi ingat misalnya pada Ziarah (Iwan Simatupang) yang merupakan dramatisasi atau fisikalisasi dari ide keterasingan kehidupan manusia, sebagaimana diperankan oleh profesor filsafat itu.
C.     Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Pelajaran sejarah dapat memberikan sebagian warisan kultural kepada mahasiswa; demikian pula dengan pelajar­an matematika, seni, dan musik. Para mahasiswa yang mempelajari bahasa dan sastra akan memperoleh kontak dengan : impian-impian, harapan-harapan, dan aspirasi-aspirasi, sebagai akar-akar dari kebudayaan. Prosa fiksi dapat menstimulai imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
Novel-novel yang terkenal seperti : Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang mengungkapkan impi-an-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Bagi bangsa Indonesia novel-novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti Jalan Tak Ada Ujung, Perburuhan, jelas merupakan buku novel yang berarti, sementara kita menyadari bahwa revolusi itu sendiri adalah suatu tindakan heroisme yang mengagumkan dan memberikan kebanggaan.
D.    Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan.
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalamannya dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesem-patan untuk memilih respon-respon emosional atau rang-kaian aksi (action) yang mungkin sangat berbeda daripa-da apa yang disajikan oleh kehidupan sendiri. Rangkaian aksi itu sendiri mungkin tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi di dalam kehidupan faktual.
Adanya semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilah yang memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan wawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh pengalaman sastra, pemba­ca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dalam menghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki status sosial tinggi, tetapi ternyata mendatangi perempuan simpanannya walaupun dengan alasan-alasan psikologis, seperti dikisahkan novel Belenggu, adalah contoh dari “the probable impossibili­ty.” Tetapi justru dari sinilah pembaca memperluas per-spektifnya tentang kehidupan manusia.
Kesanggupan sastra (fiksi) untuk menembus pikiran dan emosi seperti itu dapat memberikan impaknya yang luar biasa. Beberapa novel kadang-kadang menyajikan suatu wawasan atau pemikiran yang subtil, bahkan sampai kepada yang “gila” (Ingat beberapa novelet Putu Wijaya).

Contoh prosa:
Monyet dan Ayam
Pada suatu zaman, ada seekor ayam yang bersahabat dengan seekor monyet. Si Yamyam dan si Monmon namanya. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan si Monmon yang suka semena-mena dengan binatang lain. Hingga, pada suatu petang si Monmon mengajak Yamyam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang, si Monmon mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Yamyam dan mulai mencabuti bulunya. Yamyam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. “Lepaskan aku, mengapa kau ingin memakan sahabatmu?” teriak si Yamyam. Akhirnya Yamyam, dapat meloloskan diri.
Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si Kepiting. si Kepiting merupakan teman Yamyam dari dulu dan selalu baik padanya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang rumah si Kepiting. Di sana ia disambut dengan gembira. Lalu Yamyam menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk penghianatan si Monmon.
Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Monmon. Ia berkata, “Mari kita beri pelajaran si Monmon yang tidak tahu arti persahabatan itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Monmon. Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si Monmon untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.
Kemudian si Yamyam mengundang si Monmon untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan rakusnya si Monmon segera menyetujui ajakan itu karena ia berpikir akan mendapatkan banyak makanan dan buah-buahan di pulau seberang. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai di tengah laut, Yamyam dan kepiting berpantun. Si Yamyam berkokok “Aku lubangi ho!!!” si Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”
Setiap kali berkata begitu maka si Yamyam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut, sedangkan Si Yamyam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Monmon yang berteriak minta tolong karena tidak bisa berenang. Akhirnya ia pun tenggelam bersama perahu tersebut.

(Disarikan dari Abdurrauf Tarimana, dkk, “Landoke-ndoke te Manu: Kera dan Ayam,” Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Tenggara, Jakarta: Dept. P dan K, 1978, hal. 61-62)

3.       Ilmu Budaya Dasar Yang Menghubungkan Dengan Puisi
Puisi adalah sesuatu yang kita kenal dengan rangkaian kata-kata indah yang penuh makna didalamnya,apalagi jika kita benar-benar meresapi dalam membacanya.
Puisi termasuk dalam seni sastra, sedangkan sastra merupakan bagian dari kesenian, dan kesenian itu sendiri merupakan bagian dari kebudayaan.
Jika kita pikirkan puisi adalah suatu rangkaian kata-kata yang membentuk beberapa kalimat yang penuh dengan makna hidup, alam, bahkan keTuhanan yang di ekspresikan oleh sang penyair dalam bentuk tulisan maupun ekspresi dari puisi yang dibacakan.
Didalam Ilmu Budaya dasar kita menemukan penyajiaan puisi, adapun yang mendasarinya, yaitu :
1.      Adanya hubungan didalam pembuataan puisi dengan pengalaman hidup manusia
2.      Adanya suatu rasa insyaf atau sebuah kesadaran seseorang dari suatu kejadian
3.      Puisi dan keinsyafan social

3.1  Hakekat Puisi
Dipandang dari segi bangunan bentuknya pada umumnya puisi dianggap sebagai pemakaian atau penggunaan bahasa yang intensif; oleh karena itu minimnya jumlah kosa kata yang digunakan dan padatnya struktur yang dimanipulasikan,namun justru karena itu berpengaruh kita dalam menggerakkan emosi pembaca karena gaya penuturan dan daya lukisnya. Bahasa puisi dikatakan lebih padat lebih indah, lebih cemerlang dan hidup (compressed, picturesque, vivid) daripada bahasa prosa atau percakapan sehari-hari.
Bahasa puisi mengandung penggunaan lambang-lambang metaforis dan bentuk-bentuk intutive yang lain untuk mengekspresikan gagasan, perasaaan dan emosi oleh karena puisi senantiasa menggapai secara eksklusif ke arah imajinasi dan ranah (domain) bentuk-bentuk emotif dan artistiknya sendiri.
Kepadatan bahasa puisi itu sebenarnya sangat berkaitan. Secara sinkron dan integratif dengan upaya sang penyair dalam memadatkan sejumlah pikiran, pcrasaan dan emosi serta pe-ngalaman hidup yang diungkapannya. Hal yang membedakan seorang pe­nyair dari pengarang prosa adalah karena kemampuannya dalam meng­ekspresikan hal-hal yang sangat besar dan luas dalam bentuk yang ringkas dan padat.




Contoh puisi:
INGIN BERSAMAMU
Puisi Ressa Elia
Aku tak prnah ingin melupakan dirimu.
Apalagi benci.
Sekian masa sekian cerita tlah kita lewati
Suka dan duka bersama.
Sungguh berat untk kulupakan.
Sangat tak mungkin untk benci.
Karena kau sangat berkesan.
Karena kau sangat mendalam.
Percayalah kekasihku.
Hanya satu kau kasihku.
Dan hanya satu inginku.
Hidup bersama denganmu.










BAB III
PENUTUP

Saya menyimpulkan bahwa konsepsi ilmu budaya dasar didalam kesusastraan memegang peranan penting karena seni ini adalah cerminan dari nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam masyarakat sejak lama, seni juaga membuat orang yang ingin mengutarakan pendapat atupun gagasannya menjadi mudah untuk berkomunikasi secara normatif.






















DAFTAR PUSTAKA


https://robertyusnanto.wordpress.com/2010/10/31/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan/



https://irwanzulkifli.wordpress.com/2013/03/21/ilmu-budaya-dasar-yang-dihubungkna-dengan-puisi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar